Digital printing textile dideskripsikan sebagai metode percetakan pewarna berbasis ink jet ke kain. Lily Hunter seorang manajer produk senior dari Roland DGA berkata “Digital printing textile memungkinkan desainer dan produsen membuat alur yang cepat dari konsep hingga produksi. Fashion berubah dengan cepat sebagai respon terhadap perubahan musim atau koleksi terbaru, dan digital printing textile dapat memfasilitasi jenis produksi tepat pada waktunya”. Dalam kemajuan zaman saat ini, mesin digital printing textile sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri fashion.
Awal Mula Digital Printing Textile
Digital printing textile dimulai sekitar akhir tahun 1980 yang memungkinkan dapat mengganti printing analog. Mesin digital printing textile yang pertama kali diluncurkan dikenal dengan sebutan Indigo pada tahun 1930, hal ini memicu dunia bisnis printing yang dimana pengguna dapat memilih cara yang lebih singkat, dapat dipersonalisasi, dan pencetakan dengan kualitas tinggi.
Baca Juga: 5 Alasan UMKM di Indonesia Harus Punya Mesin Printing Kain Sendiri
Mesin digital printing textile pertama dengan nama Indigo E-Print 1000 ini menarik perhatian Hewlett Packard Company hingga membuat investasi sebesar US$ 100 juta pada tahun 2000 yang pada saat itu mewakili 13% dari saham perusahaan. Setahun setelah itu pada tanggal 6 September 2001, Hewlett Packard Company mengumumkan telah mengakuisisi sisa saham yang bernilai US$ 629 juta. Pada tahun 2010 pasar digital printing textile diestimasi bernilai US$ 85.2 milyar berkembang secara signifikan dan konsisten semenjak perilisan mesin digital printing tersebut.
Chris Baker adalah seorang pakar industri percetakan yang juga merupakan mantan wakil presiden dari Hewlett Packard Company dan Indigo memprediksi bahwa digital printing akan terus berkembang di masa depan. “Digital printing akan terus ada di masa depan. Bukan hanya untuk kebutuhan komersial, namun juga untuk penerbitan dan pengemasan. Saya percaya bahwa percetakan digital akan terus berkembang dan akan semakin besar di masa depan. Digital printing juga semakin cepat dan didesain untuk memegang lebih banyak tipe pencetakan”. Apa yang disampaikan oleh Chris Baker terbukti, digital printing sekarang lebih digemari karena faktor kualitas dan efisiensi.
Peran Penting Digital Printing Textile bagi Industri Fashion
Sebelum memasuki zaman revolusi industri, fashion dijahit secara manual menggunakan tangan dengan sangat detail sehingga sebuah produk fashion bernilai mahal pada zaman itu. Setelah memasuki zaman revolusi industri pada tahun 1980, muncul berbagai teknologi yang salah satunya adalah teknologi mesin jahit yang dapat memproduksi fashion dengan proses yang lebih cepat dalam jumlah yang banyak, hal ini dikenal dengan istilah fast fashion.
Baca Juga: Pilihan Baju Anak, Ini Tren dan Jenis Bahan yang Tepat
Kabar buruknya fast fashion hanya berfokus kepada produksi massal dengan biaya rendah sehingga memiliki kualitas yang rendah. Bahan yang berkualitas rendah ini membuat fashion tidak tahan lama dan bahan yang digunakan menyebabkan pencemaran dan polusi. PBB memperkirakan industri fashion bertanggung jawab atas 10% dari efek gas rumah kaca dalam hal pemanasan global.
Digital textile printing hadir sebagai jawaban atas permasalahan tersebut. Sharon Donovich seorang produk marketing manager di Kornit Digital berkata “Ketika digital printing textile dimulai, hal ini lebih dari sebuah cetakan dan personalisasi, tetapi soal proses kemajuan teknologi dan perilaku dari konsumen. Merek fast fashion menjadi lebih cepat dalam mencari dan mengadopsi digital printing textile yang dimana menawarkan produksi sesuai dengan permintaan tanpa inventori resiko, tanpa minimum pemesanan, minimal waktu ke pasar dan berbagai variasi desain yang tidak terbatas. Dari itu semua, hal ini merupakan produksi yang berkelanjutan tanpa polusi dan jejak karbon yang sangat rendah.”
Industri Fashion Modern dengan Digital Printing Textile
Jakarta Fashion Week merupakan salah satu acara fashion show tahunan terbesar di Indonesia yang menjadi platform bagi para pelaku industri fashion yang memiliki desain, gaya dan tren mode terkini. Pada saat Jakarta Fashion Week 2020, Epson menampilkan hasil dari mesin digital printing textile Epson Dye Sublimation Surecolor F Series dengan teknologi PrecisionCore dan juga printer Direct to Garment Epson SureColor SC-F2130 yang mampu merealisasikan warna-warna yang solid dan gradasi warna pada koleksi fashion para desainer. Epson menggandeng desainer profesional dengan tujuan untuk memperlihatkan digital printing textile sebagai solusi terbaik yang tidak terbatas dan sangat berperan dalam industri fashion saat ini.
Lina Mariani selaku Product Marketing Commercial & Industry Manager PT Epson Indonesia mengungkapkan “Kolaborasi dengan para desainer menunjukkan bahwa teknologi Epson mampu menerjemahkan ide dari para desainer menjadi nyata. Dengan solusi dye-sublimation, Direct-to-Garment, hingga Direct-to-Fabric yang mampu memproduksi warna-warna yang hidup serta menerjemahkan desain dengan presisi, membuat para desainer dapat mengekspresikan kreativitas mereka secara bebas”.
Dalam industri fashion, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dalam perkembangan dan memenuhi kebutuhannya digital printing textile sangat berperan penting. Texco Indonesia menyediakan mesin digital printing textile sebagai andil dalam peran mengembangkan industri fashion di Indonesia. Terkait kebutuhan mesin digital printing textile silahkan menghubungi Texco Indonesia melalui nomor Whatsapp di sini. Untuk mendapatkan berita dan informasi terkait industri fashion terbaru lainnya dapat mengikuti website news.texco.co.id.